Kamis, 24 Januari 2013

Kisruh Voting Pulau Komodo, Sebuah Pro-Kontra

Ajakan melakukan voting untuk pulau Komodo kembali marak. Banyak pihak yang menyambut dengan antusias, namun tidak sedikit juga yang bersikap apatis, bahkan meragukan kredibilitas yayasan New Seven Wonder itu.

Seperti yang telah diketahui, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah jauh-jauh hari menarik diri dari dari sayembara tersebut. Pasalnya yayasan New Seven Wonders mengajukan syarat uang yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah. Mereka juga sempat mengancam akan menganulir Pulau Komodo sebagai finalis sebelum akhirnya merubah keputusan dan tetap memasukkan Pulau Komodo sebagai finalis.

Hal ini membuat pemerintah meragukan keabsahan dan kredibilitas dari yayasan tersebut. Menurut Duta Besar RI di Swiss, Djoko Susilo, yayasan New Seven Wonders dianggap hanya ulah mainan biasa yang membuat seperti kuis dan dipublikasikan di Internet. Pasalnya dia tidak berafiliasi dengan badan Internasional seperti UNESCO.

Ia juga mengaku bahwa pihak kedutaan besar di Swiss pernah melacak keberadaan alamat dan pengelola organisasi yang diklaim bermarkas di Zurich, Swiss tersebut. Dalam keterangannya, tercatat alamat kode pos yayasan New Seven Wonders, yakni Hoeschgasse 8, P.O. Box 1212, 8034. Namun saat dicari ternyata nama alamat tersebut tidak sesuai. Alamat kode pos yang benar seharusnya Hoeschgasse 8, P.O. Box 1212, 8008 Zurich. Tempat inipun merupakan sebuah museum Heidi Weber yang dibangun pada 1967 dan hanya buka pada musim panas, yakni Juli, Juli dan Agustus.

Penyelidikan lain juga menemukan bahwa pendiri yayasan New Seven Wonders, Bernard Weber, sama sekali tidak dikenal.

"Di Swiss saja tidak pernah dikenal organisasi ini," ujar Djoko Susilo seperti yang dilansir oleh Tempo, Selasa (01/11).

Djoko juga heran mengapa dukungan yang sebelumnya hanya bisa disampaikan lewat situs internet dengan sistem one man one vote tiba-tibaa berubah menjadi via SMS dengan sistem pengiriman berulang-ulang oleh orang yang sama.

"Kok tiba-tiba bisa jadi SMS, gimana itu? Sebelumnya biaya Rp 1.000, terus sekarang jadi Rp 1, Siapa yang bikin ketentuan? Lalu yang memberi otorisasi siapa?," ketusnya.

Namun Djoko menegaskan bahwa pihaknya tidak bermaksud menjegal pemilihan Pulau Komodo, ia hanya meminta masyarakat berhati-hati.

"Kita setuju mempromosikan Komodo, tapi jangan tertipu oleh New7Wonders. KBRI di Swiss siap mempromosikan dengan sekuat tenaga,"

Meski begitu dibalik sengkarutnya sayembara ini, patut diakui jika popularitas Pulau Komodo diakui semakin melonjak. Hal ini diakui sendiri oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Eshton Feonay. Hingga Februari 2011, tercatat ada sekitar 32.354 wisatawan mancanegara yang telah mengunjungi Pulau tersebut, sedangkan wisatawan nusantara mencapai 4.145 orang.

Feonay menyebut jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 lalu yang hanya mencapai 3.531 wisatawan mancanegara dan 1.452 wisatawan dalam negeri. Lonjakan tersebut terjadi setelah mantan Wapres Jusuf Kalla ikut terlibat menjadi duta pemenangan Komodo.

Tapi apapun yang terjadi, adanya pro kontra sejatinya akan terus menarik minat masyarakat terhadap obyek yang sedang diperdebatkan. Dan seperti yang diungkapkan, semangat membuat Pulau Komodo sebagai keajaiban dunia memang patut disematkan, tapi upaya untuk mencari kebenaran juga perlu dipertahankan. 
 
 
 
Sumber : http://www.memobee.com/index.php?do=c.news&idn=4611

Tidak ada komentar: