Kamis, 24 Januari 2013

Risiko kematian perempuan perokok di Indonesia meningkat

 


Temuan itu disampaikan oleh Dr Michael Thun dari American Cancer Society.

“Ini adalah kegagalan besar dalam pencegahan,” kata Thun seperti dilansir kantor berita Associated Press.

Hal itu adalah salah satu hasil penelitian yayasan tersebut terhadap kebiasaan merokok perempuan.

Meningkatnya risiko kematian juga terjadi pada perempuan perokok di AS karena mereka mulai merokok pada usia lebih muda dalam jumlah lebih besar.

Di AS terdapat 35 juta perokok dan 18% dari total itu adalah perempuan.

Penelitian yang dipimpin Dr Thun menemukan bahwa perempuan perokok memiliki risiko meninggal akibat kanker paru-paru 25 kali lebih besar dibandingkan yang tidak merokok.

Perempuan juga cenderung lebih sulit menghentikan kebiasaan merokok dibandingkan lelaki, padahal merokok mengurangi harapan hidup hingga 10 tahun dan lebih cepat seseorang berhenti merokok, perkiraan harapan hidupnya akan bertambah antara empat hingga 10 tahun.
Kampanye 'pita coklat'

Dr Steven A Schroeder dari Universitas California, San Fransisco, menulis dalam sebuah jurnal bahwa merokok memerlukan lebih banyak perhatian sebagai gangguan kesehatan.

“Lebih banyak perempuan meninggal akibat kanker paru-paru dibandingkan kanker payudara. Tapi tidak ada “kampanye mencari obat untuk kanker paru-paru, tidak ada pita coklat” atau kelompok advokasi internasional yang mendidik masyarakat mengenai kanker paru-paru, tulisnya.

Indonesia dan Cina, menurut American Cancer Society, adalah dua dari kelompok negara dimana kebiasaan merokok semakin meningkat.

Tetapi Indonesia telah membuat langkah maju dalam kampanye anti rokok.

Akhir tahun lalu, sebuah Peraturan Pemerintah yang mewajibkan perusahaan rokok memasang gambar bahaya dampak merokok di kemasan resmi ditandatangani. Produsen diberi waktu hingga pertengahan 2014 untuk mempersiapkannya.

Tembakau adalah salah satu industri paling bernilai dalam ekonomi Indonesia, ditaksir tahun lalu sedikitnya mencapai Rp200 triliun.

Namun angka penyakit dan kematian akibat rokok juga sangat tinggi dimana hitungan Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyebut dalam 12 tahun antara 1995 dan 2007 terdapat peningkatan enam kali lipat jumlah orang meninggal akibat merokok di Indonesia.

Pada tahun 2007 jumlah korban jiwa akibat rokok menjadi 426.214 orang.

Dalam sebuah wawancara media tahun 2010 mantan Menkes Endang Sedyaningsih dikutip mengatakan kementriannya menganggarkan dana Rp 22 triliun untuk penyakit terkait rokok.

 
Kebiasaan merokok di Indonesia dan Cina berkembang



Sumber : http://www.memobee.com/index.php?do=c.news&idn=7644

Tidak ada komentar: